Senin, 03 November 2014

Pengalaman SNMPTN



Pada postingan kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya sewaktu saya mencoba untuk masukuniversitas negeri. Banyak bal yang saya lalaui ketika saya mencoba tes masuk universitas negeri, banyak cara pula yang saya lakukan untuk bisa msuk universitas negeri salah satunya saya banyak mengikuti ujian mandiri yang memang banyak mengahbiskan biaya. Obsesi dan pandangan saya terhadapuniversitas negeri sangat tinggi, saya memandang hebat u iversitas negeri, saya berfikir kalau saya tidak bisa masuk negeri saya tidak bisa sukses.

Karena pikiran-pikiran saya yang seperti itu membuat saya semakin merasa terpuruk, sempat merasakan putus asa karena tidak sukses untuk mewujudkan mimpi almarhum ayah saya. Ayah saya memang sempat menginginkan saya u tuk melanjutkan sekolah di luar jakarta sebisa mungkin didaerah jawa, selain biayanya yang lebih murah , ayah saya juga mengharapkan saya menjadi pribadi yang lebih santun layaknya orang- orang yang berada didaerah. Ketakutan saya semakin bertambah ketika ayah saya tiada dan ibu saya memutuskan u tuk meminta saya melanjutkan sekolah di universitas swasta. Saya semlat merasakan takut saya tak mampu hingga lulus berada disana. Seperti yang diketahui bagaimana biaya universitas negeri saat ini, itu  baru bayaran pokoknya belum lagi biaya penunjangnya. Tidak terbayang dibenak saya bisa melanjutkan sekolah di universitas swasta dengan biaya sewaktu itu belum pasti keadaannya. Ibu saya meminta saya untuk terus maju tanpa memkirkan hal itu, beliau meginginkan saya menyelesaikan sekolah hingga jenjang universitas. Ke majan beliaulah yang mengantarkan saya untuk masuk universitas gunadarma.

Pengalaman saya digunadarma pertama kuliah sangat biasa, karena saya msh terus memikirkan universitas yang saya ingingkan terkesan terpaksa awalnya menjalankan kuliah disini. Semester satu tantangan paling berat saya untuk memaksa diri saya mau meninggalkan yang sudah lewat dan memulai yang baru. Menyadarkan diri bahwa disinilah kemampuan saya sesungguhnya. Semester satu berlalu dengan alhamdulillah lanacar, semester dua saya lalui tidak berbeda jauh dengan semeater satu. Tantangan saya dimulai ketika memasuki semester 3, kembali beradaptasi dengan orang- orang baru yang lebih berkompeten. Belajar lagi lebih keras agar dapat menyesuaikan diri dengan mereka. Saya kaluar dari zona aman saya ketika saya berada dikelas ini. Tetapi keadaan ini pula yang memacu dan memang mengharuskan saya untuk belajar lebih keras lagi. Berwal dari sini juga saya mau menggali lagi kemampuan saya, salah satunya menjadi asisten di laboratorium.

Banyak hikmah disetiap kejadian yang kita alami, sekarang bagaimana cara kita mengambil hikmah tersebut. Setiap ketentuan punya tujuan yang pasti lebih baik dari yang kita bayangkan, sekarang bagaimana kita menyikapinya dengan bijak.

Pengalaman Asisten



Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman kepada teman-teman. Pengalaman berkesan buat saya yaitu, ketika saya mengikuti seleksi aisten laboratorium dikampus saya. Sudah dua kali saya mencoba untuk mendaftar , tetapi dua kali pula saya ditolak dengan alsan yang berbeda-beda. Masih penasaran saya rasanya, untuk yang ketiga kalinya saya mencoba lagi di laboratorium akuntansi lanjut A, ketika pengumuman hasil seleksi nama saya tercatat sebagai mahasiswa yang lolos hasil seleksi. Mendengar hasilnya saya merasa senang dan puas, tidak merasa sia-sia disaat hari libur saya harus datang ke lab untuk mengikuti seleksi ini.
Minggu pertama saya awali dengan training atau pendalaman materi, cukup menarik dan deg-deg-an rasanya ketika mengikuti training, bagaimana tidak terkadang bebrapa senior meminta kita untuk mengajar didep[an dengan tiba-tiba dengan bekal pengetahuan materi yang sangat minim. Belum lagi ditambah materi ini belum sama sekali saya dapatkan dimatakuliah. Cukup membingungkan bagi pemula seperti saya dengan materi yang masih asing  buat saya. Hari demihari sudah saya lalui hinggaakhirnya dua minggu masa training berakhir. 

Selesai masa training saya harus menghadapi masa praktikum yang sesungguhnya, ini saatnya saya mengeluarkan apa yang saya sudah dapatkan di taraining untuk saya bagikan kepada praktikan saya sewaktu itu. Pertama kalinya saya menjadi tutor didepan cukup bingung “apa yang saya akan lakukan, kira-kira bagimana dengan praktikannya apakah mereka semua baik atau tidak menyenangkan?” hingga tangan merasa dingin. Tidak ada pilihan lain selain harus jadi tutor pertama di shift satu dihari Senin. Setelah saya maju kedepan dan bersiap menjadi tutor, didepan, saya mencoba mengeluarkan ilmu yang sudah diajarkan sewaktu training kepada praktikan saya. Setelah berbicara didepan tidak terasa sudah dua jam saya menjadi tutor, karena saya sudah bisa menetralisir keadaan gelisah saya, hingga saya dapat menikmati pkerjaan saya menjadi tutor, terlebih praktikan yang saya hadapi mau menghargai saya di depan, menjalakan praktikum dnegan baik dan tertib. Membantu tutor berinteraksi dengan baik, jadi tidak merasa kesulitan untuk saya mengontrol kelas tersebut.

Penglaman menjadi tutor sudah selesai, pengalaman yang paling menyenangkan adalah ketika menjadi asisten baris dibelakang yang memeriksa laporan. Untuk meriksa laoparan biasanya memang sangat rumit, karena tugas dari praktikan yang banyak. Tetapi dalam sesi ini kami justru semakin dekat dengan seniornya, kita banyak bertanya tentang laporan praktikan bagaimana system penilainnya, apa saja yang perlu ditambahkan dan lain-lain. Membuat kita mempunyai komunikasi dengan seniornya.

Pengalaman saya diminggu awal cukup menyenangkan buat saya, saya bisa tahu banyak hal mengenai system kerja laboratorium di fakultas saya, banyak mengebal orang yang sebelumnya belum pernah saya temui, banyak bertukas pengalaman dengan senior yang kebetulan diajarkan dengan dosen yang sama dengan saya.

Cukup sekian cerita pengalaman menyenagkan saya sewaktu pertama kalinya saya menjadi asisten di laboratorium akuntansi lanjut A.

Hobi..?? Menggambar.



Sedikit bercerita tentang hobi saya yang umumnya juga banyak digemari oleh banyak orang. Saya menyukai menggambar, saya suka menggambar tokoh kartun. Awal mula saya mulai menyadari bahwa saya mampu menggambar tokoh kartun ketika teman saya meminta saya untuk menggambar tokoh kartun “Garfield”, tokoh kartun berbentuk kucing yang mempunyai badan gemuk dan gemar makan. Ketika saya mencoba menggambarnya saya juga tidak menyangka ternyata gambarnya mirip dengan gambar yang ada dibuku teman saya. Gambar itu merupakan gambar pertama yang saya buat mirip dengan gambar aslinya. Karena hal itu saya tertarik untuk menggambar tokoh-tokoh kartun yang lain. Dalam waktu beberapa jam saya bisa membuat tiga gambar tokoh kartun. Saya cukup merasa tenang ketika saya sedang menggambar, saat sedang suntuk saya juga menggambar untuk menghilanhkan rasa suntuk saya.

Hobi saya turut didukung oleh kedua orangtua. Terutama ibu saya yang sangat mendukung hobi saya, ketika saya bercerita bagaimana perasaan saya ketika saya sedang menggambar ibu saya cukup mengeti akan perasaan saya. Beliau tidak pernah melarang saya untuk menggambar, bahkan fasilitas untuk menggambar ibu saya yang membelikannya. Ibu sempat meminta saya untuk lebih mengembangkan bakat saya lagi dengan melukis. Melukis sangat sulit dilakukan cara menggunakan kuas cat saja saya belum pandai menggunakannya. Hingga ibu saya mencoba mmebelikan saya kuas cat, pallet, dan cat air untuk digunakan melukis.

Ada hal yang sangat disayangkan dari hobi saya ini. Saya baru dapat menggambar ketika diberi contoh saja, ketika saya menggambar sesuai inspirasi wktu saya habis digunakan untuk memikirkan gambar apa yang akan saya buat, selain itu saya belum bisa menggambar dalam bentuk tokoh manusia, hanya tokoh-tpkoh kartun berbentuk binatang ataupun selain manusia yang dapat saya gambar. 

Saat ini saya jarang sekali menggambar, banyak wktu saya saat ini saya gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dan melakukan kegiatan lain. Sehingga masih sulit lagi untuk mengembankan hobi saya ini.