Minggu, 19 Januari 2014

Pemanfaatan Limbah Sapi


Pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas saat ini sedang genjar dilakukan oleh masyarakat, hal ini dilakukan masyarakat karena pemerintah memberikan kerbijakan untuk menaikkan harga gas. Harga gas naik ini cukup memberatkan msyarakat terlebih masyarakat kecil. Walaupun hanya gas dengan ukuran 12 kg yang dinaikkan, hal itu tetap mempersulit masyarakat, misalnya saja masyarakat yang mempunyai bisnis dalam bidang makanan dan memerlukan bahan bakar gas yang cukup banyak akhirnya harus merelakan sebagian keuntungannya untuk membeli gas. Jika mereka menaikkan harga makanannya maka konsumen akan banyak yang pindah ke pedagang lainnya.
Kenaikkan harga gas ini akan menjadi efek domino pada masyarakat, halk ini akan membuat para pedagang menaikkan harga dagangannya dengan alasan harga gas naik. Terlebih adalam maslah kebutuhan makanan, kebutuhan akan makan tidak dapat ditunda, banyak orang bekerja dari pagi hingga malam hanya untuk memenuhi kebituhan makannya. Bahkan ada sebagian orang yang rela menjadi pengemis hanya untk sesuap nasi.
Pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan hargas gas 12kg dengan alasan agar masyarakat mau menggunakan gas 3 kg, namun gas 3 kg juga tiba-tiba menghilang dari peredaran masyarakat. Masyarakat pun mulai bingung menghadapi kebijakn pemerintah ini.
Sebagian masyarakat berfikir untuk tidak bergantung lagi pada pemerintah. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menciptakan gas sendiri. Mreka membuat biogas dari kotoran hewan yaitu kotoran sapi, kotoran sapi ini jika diolah akan menghasilkan gas yang dapat digunakan msyarakat untuk memnuhi kebutuhan sehari-harinya.
Berikut ini tahapan yang diperlukan untuk membuat biogas.
  1. Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di buang dari bak penampungan. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari kotoran sapi.
  2. Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada pengisian pertama digester harus di isi sampai  penuh.
  3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
  4. Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai ke - 8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
  5. Pada hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
  6. Digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.
  7. Kompos yang keluar dari digester di tampung di bak penampungan kompos. Kompos cair di kemas ke dalam deregent sedangkan jika ingin di kemas dalam karung maka kompos harus di keringkan.
Biogas ini memang dapat dijadikan pengganti gas oleh sebagian masyarakat khususnya masyarakat desa, namun bagaimana masyarakat kota..?? Masyarakat kota yang merantau juga ikut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebituhan akan gas. Mereka tidak mempunyai lahan yang cukup untuk membuat biogas, meraka juga kesulitan untuk mencari kotoran sapi didaerah kota.
Tidak ada solusi bagi masyarakat kota yang hidup pas-pasan selain ikut membeli gas dengan harga yang mahal, agar kebutuhan mereka dapat terus terpenuhi.

Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar